Selasa, 10 November 2009

AyaH..


Ayah !!

Musim kemarau tlah berlalu

Kini berganti dengan musim hujan yang panjang

Daun-daun mulai bersemi,

Begitu juga rumput-rumput kecil yang mulai tumbuh mempesona,

Ayah !!

Kini aku jauh darimu,

Jauh dari sapa dan tutur katamu

Yang setiap saat kau tujukan padaku

Ayah !!

Apa kau merindukanku ?

Mengingatku disela waktu kerjamu,

Disela setiap hal yang kau lakukan ?

Disini terpaksa kugadaikan rinduku

Karna aku tak mampu menemuimu dan mengecup tanganmu.

Keadaan ini terlalu menyekat perasaan ku,

Namun, senyum dan nasihatmu yang melekat erat disanubariku

Terlalu tegar disapu angin pada musim hujan ini,

Hari-hari ku terasa sunyi tanpa kau ada disisiku,

Sunyi dan gersang !!!

Gersang yang kian beterbangan disetiap mataku

Menjelma luka tanpa darah ,

Tangis yang begitu nestapa.

Dan selalu saja butiran bening itu menganak hulu dari mata.

Merengguk tangismu yang mengiang dulu..

Ayah !!

Tangisku selalu tumpah ketika serak suaramu selalu hadir dalam benakku.

Maafkan aku ayah,

Mungkin nespa karena kirian dariku kurang.

Tajam sorot matamu tak mampu ku tumpulkan.

Aku hanya mampu menghela nafas berat

Melepas butiran air mata yang mengalir mulus diatas pipi

Kuharap kau bersabar dan mau mengerti keadaanku yang tidak mampu ini !

Ayah !!

Bagaimana kabar ibu dan adik-adik ?

Sunyi dihati menggebu saja bila ku lihat bocah seperti mereka berseliweran bermain,

Selalu kutangkap bayang-bayang putih mereka berkerudung melintas didepan rumah.

Yang ku minta hanya do’a dan lapang dadamu melepasku menuntut ilmu.

Karena ku yakin do’amu akan menembus langit tujuh,dan mengibas awan-awan perjalananku

Ayah !!

Di akhir pena ku,

Aku tetap angkuh mengusung do’a dan restumu.

Deru-deru mesin yang berlalu lalang pulang pergi tak luput kutanyakan namamu yang kupatri dalam dada .

Walau tsunami menganyang tubuhku aku akan tetap mengepal namamu ayah .

Ayah !!

Engkau tempat peraduan terakhirku

saat musim mengaparkan perjalanan.

Jan’ 2007

Untuk ayah tersayang